Total Tayangan Halaman

Sabtu, 22 Oktober 2011

Keikhlasan



Ada sebuah cerita menarik dan mudahan bisa menginspirasi kita, mari kita baca..


cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”


di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.


Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.


Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.


“wah cepat sekali. Berapa pak?”


“5000 rupiah mas”

sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.


“wah mas gak ada uang pas ya?”


“nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”


“maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”


“waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”


“udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”


“oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”


jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”


ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.


“ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”


selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.


Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.


“wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”


kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.


“loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”


“sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”


“tapi ini terlalu banyak mas”


“saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”


Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambanya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.


Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.


====
Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/


Taman Bunga



Pada suatu hari Aristotheles bertanya pada Gurunya :


 "Bagaimanakah kita dapat memilih sesuatu yang baik dalam hidup ini?"


Guru: "Berjalanlah lurus di Taman Bunga yg Luas, Petiklah 1 Bunga yang Terindah menurutmu, Dan jangan pernah berbalik ke belakang"


Kemudian Aristotheles melaksanakannya dan kembali dengan Tangan Hampa..


Guru: "Mana Bunganya? "


Aristotheles menjawab: " Aku tdk bisa mendapatkannya, sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berfikir, di depan ada pasti yg LEBIH INDAH lagi..ketika aku telah sampai di Ujung Taman, Aku baru sadar bahwa yg aku temui Pertama tadi adalah yg Terbaik, tapi aku tidak bisa kembali lagi ke belakang..."


Guru: "seperti itulah hidup, semakin kau mencari yg Terbaik, maka Kau tak akan pernah menemukannya..Jangan pernah Sia-siakan yg Tumbuh d Hatimu.. Dan janganlah sia-siakan seseorang yang mencintaimu saat ini... Karena waktu Tak Akan pernah Berputar kembali..


Semoga bermanfaat ....

Penjual Bakso..Jagung..Cendhol dan Pemilik Toko Kelontong



Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”.

Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

 Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya.

Hati saya meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya.

Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.

Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul.

Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.

Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bias disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya:

 “Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Peradaban saya masih peradaban “milik saya”.

Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana‘kapitalisme subyektif posesif’ saya.

==
30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena “kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?”

==
Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar.

Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.

“Lho, uang saya tidak cukup, Pak”

“Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap”

“Berarti saya hutang?”

“Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya”.

Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye!
==
Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah toko kemudian satu jam lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya.

Ketika datang saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong….”

 Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk:

 “Kalau mau curi barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan….”

Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece.

Orang-orang besar bertebaran di seluruh muka bumi.

Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun.

Bakso Khalifatullah, bahasa Jawanya: bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.

Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR.

Itu baru penjual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen Sekjen.

Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol.

Itu baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama.

 ===

 Oleh Emha Ainun Nadjib


Caraku mencintaimu





Aku mencintaimu dengan menjauh darimu,


Bukan karena aku membenci mu,


Namun karena aku ingin menjagamu,


dan menjaga diri ku sendiri dari khalwat yang menjebak,





Aku mencintaimu dengan menjaga diri ku dan diri mu,


menjaga kesucianku dan kesucianmu,


menjaga kehormatanku dan kehormatanmu,


menjaga kebeningan hati ku dan hati mu sebelum engkau halal bagiku





Begitulah caraku mencintaimu......






Jumat, 14 Oktober 2011

Melangkah Merajut Mimpi

Tersenyumlah menatap masa depan..
Jangan pernah terperangkap kesunyian.
Jangan biarkan diri sendiri menjadi korban.
Semua pasti ada jalan..

Jalan menuju perubahan, menuju kebahagiaan,
Hidupkan hari dengan senyuman.
Sebuah senyuman pertama pada diri sendiri.
Bertanda sebuah ketegaran hati melangkah ke depan.

Melangkah..
Seiring dngan irama yang mengalun dihati.
menoleh kebelakang,
Seiring dengan gejolak yang mengoyak
bersama kerisauan dihati..

Luluhkan diri dan biarkan ia mengalir bagai derasnya aliran sungai.
Nyanyikanlah melodi jiwa,
Bagai heningnya suara sang malam yang sunyi.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan cinta_NYA.
Sebuah masa yang begitu indah atas ujian_NYA.
Sungguh diri kita bukanlah apa-apa.
Ya,kecuali hanyalah selaput berkilauan,
yang tak selalu mampu membalut segores luka.
Bukan pula secercah cahaya yang tak selalu bisa terangi kekecewaan yang menyakitkan,
Melainkan setangkai bunga putih.

Setangkai bunga putih..
Yang terkadang mekar juga layu,
Seiring musim yang berganti.
Tersenyumlah kembali jangan bersedih lagi.
Tersenyum merajut mimpi..
Mimpimu wujudkanlah dengan penuh percaya diri.
Hidup adalah perjuangan,
Semua butuh pengorbanan.
Dan yakinlah badai pasti akan berlalu..