Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 Desember 2011

ayah..

Ayah.. engkau adalah harapan hidup kami

harapan di setiap hari-hari kami
dengan panasnya terik matahari
mandi keringat, membanting tulang untuk kami keluargamu..

Ketika fajar menyingsing kau mulai melangkah
dan ketika senja hari baru kau kembali
itu semua demi tujuan mulia
memberi sinar bahagia bagi kami..

Ayah.. di setiap do'aku, aku selalu teringat padamu
teringat akan kerja kerasmu dan jerih payahmu
aku bermohon kepada tuhan
berikan keselamatan untuk ayah..

Ketika matahari mulai membakar tubuhmu
kau tetap semangat berjuang untuk kami
sungguh hanya engkau harapan kami
harapan baik, bagi kami semua keluargamu


by: silfi dwi saputri

Kepasrahan

Tuhan...

Pelankanlah malam tiba
Agar kami berdua tidak kehilangan arah
Jalan yang kami tempuh masih jauh


Tuhan...
Sisihkanlah mendung itu
Jika gerimis, sakit ibuku kambuh
Jalan yang kami tempuh masih jauh


Tuhan...
Berikanlah kekuatan untuk menempuh hidup ini
Kami tahu derita hari ini
Adalah bahagia esok hari


*by: muhammad safii

Ibu . . . . . . . . .

Ibu,.. kau mengandungku selama 9 bulan...
Kau rawat aku hingga dewasa
Kau sayangi aku hingga ku sadar
Betapa besar kasih dan sayangmu padaku..

Ibu,.. Kau adalah curahan hatiku
Kau permata bagiku
Kau bagaikan bintang kehidupan

Ibu,.. Tanpa lelah kau memberiku kasih
Dengan penuh harap menjadi anak yang berguna kelak
Ibu,.. kau menyemangatkanku untuk hidup
Tanpa kasihmu, aku akan mati
Tanpa doronganmu, aku akan layu
Tanpa harapanmu, aku akan gugur

Kasih sayang yang kau beri
tak bisa mengalahkan luasnya benua
Perhatian yang kau beri
tak bisa mengalahkan bintang

Cintamu seluas samudra dan seluas jagat raya ini
Kasihmu bagaikan air yang mengalir

Tapi apa..???

Ku belum bisa memberi yang terbaik untukmu
Ku ingin memberimu kasih yang tiada terhitung
Ku ingin berbakti padamu ibu..

Ibu....
Kau adalah segalanya.

*by : danny agustina

Tanpa tanda jasa

Sejuta harapan dan do'a darimu
Kualunkan sebuah kata merdu untukmu
Ucapkan terimakasih yang tiada henti
Ucapan syukur darimu...

Kau didik aku
Hingga aku mendapatkan ilmu
Jadikan ku tahu dari yang belum tahu
Kau bina aku atas harapanku

Ibu...
Kau pahlawanku
Kau penyemangatku
Kau yang memberi tahu
Kau tanpa tanda jasa

Ibu...
Pernahkah kuberbalas padamu..??
Pernahkah ku meminta padamu..??
Untuk jadikanku ratu..
Ratu kehidupan yang tahu segalanya..

Kau korbankan waktu untukku
Kau bagaikan sang surya dalam hidupku
Tak ingin ku menyakitimu
Tak ingin ku meludahimu

Mom...
You's better than other
Although you, I can't stand up
I can't to reach it

You's my heaven
You in my heart
For now and forever...

* By : danny agustina

Senja di batas mata...


Senja ujung hari
Kau bawa ku kembali pada mimpi
Sisa jejak yang pernah ku lalui
Sejengkal harap yang pernah ku kubur mati
Pada akhir kisahku bertanya dalam hati

Apa yang kau dengar saat jerit bising hati
Saat malam memadamkan cahaya dan mati
Apakah dengan jelas kau dengar tiap kata mimpi??
Jelaskah apa yang di hati ini ingini..??
Mampukah kau lihat jelas stiap bayang mimpi..??

Yang satu persatu ku rajut menjadi selimut mimpi
Yang kata demi kata ku ukir menjadi kalimat mimpi
Yang tetes demi tetes air mata menjadi lautan mimpi
Yang mimpi demi mimpi kuurungkan hingga mati
Yang mimpi demi mimpi kubangkitkan kembali

Lalu apa yang tak kau jelas dari inginnya jiwa ini..??
Belas kasihmu masihkah harus kunanti..??
Atau harap yang akan mengantarku mati nanti..??

Tears oh heaven
That will be heaven..??
Raise me up n bring me on the mountain
and than..
When the stars are shinning
Bringhtly in the sky

I make a wish and send it to heaven
to make you understand..

= = = =
By : Danny Agustina, siswi kls XI, MA GUPPI Windusari, Magelang 

Sabtu, 10 Desember 2011

TUHANKU. . . . .

Tuhanku,..
dalam peluk keharibaan-Mu, tertunduk aku malu
dalam katup bibir pucat, dalam kecut hati sangat
terkulai tangan tak terangkat, terbaring tubuh berselimut ketat
kembara di belantara, terpenjara dalam jerat
buta warna atas tipu jerat asmara.
pekak telinga atas pesan radarnya
beku hati dalam bujuk rayu nista
tumpul pikir atas tiadanya logika
hiruk pekik ronta dan pinta tak tersapa
riuh pedih jerit dan tangis tak menyapa
duuh Tuhanku...
akankah mata tetap membuta
hati terkulai layu dalam matinya..batu membeku
pekak telinga dalam tulinya pesan menghantar..
tangan terkulai atas tontonan
diri tak makna?
tidak…! lempar selimut dari tubuhmu
buka tirai penutup dungu
patah rantai belenggu seteru
pecah topeng dari wajahmu
bukan saatnya lagi kini termangu
dalam patung baju wajahmu
bangkitlah..menapaklah
melangkah dalam baris padu memadu..
menyatu padu nuju Tuhan-Mu…!
wallahu a’lam

oleh:fatma elly kembanganggrek.com

Pantaskah Kita Berkeluh Kesah...

Ketika raga terasa jengah
Bayangkan bagaimana tempat mereka singgah
Ketika lidah merasa jenuh dengan makanan
Bayangkan bagaimana rasa makanan sisa yang mereka dapatkan
Ketika tawa hendak menutup mata hati
Rasakan peluh mereka mengais di antara mimpi
Ketika hati merasa sendiri
Berbaurlah dengan mereka yang tengah menari di dalam sepi
Apa yang kita dapat hari ini
Hanya mampu mereka lukiskan dalam mimpi
Pantaskah kita mengeluh di dalam hangat selimut
Dimana mereka menerjang malam hanya dengan pakaian yang membalut
Pantaskah kita menangis di hadapan sepiring nasi
Dimana mereka masih mampu bersyukur terhempas lapar
Sujud yang telah memudar
Seru pujian yang kian samar
Airmata yang berlinang hanya demi dunia
Ya Allah…
Berilah hamba-Mu ini kekuatan seperti mereka..
Agar lidah hamba tak lagi kelu mengucap syukur
Agar kepala ini tak lagi berat untuk bersujud
Agar airmata ini menetes hanya merasakan rindu akan surga dan cinta-Mu..

sumber : kembanganggrek.com

Kisah Penyesalan Si Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.


Nabi Muhammad SAW. bersabda,

"Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tiada bertambah amalnya Tiada bertambah baginya dengan Allah kecuali bertambah jauh " (HR. Dailami dari Ali).

Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Sumber : http://robbie-alca.blogspot.com/2010/12/cerita-inspiratif-penyesalan-si-tukang.html

Sabtu, 03 Desember 2011

Hati Seekor Tikus

Seekor tikus merasa hidupnya sangat tertekan karena takut pada kucing. Ia lalu menemui seorang penyihir sakti untuk meminta tolong. Penyihir memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus menjadi seekor kucing.

Namun setelah menjadi kucing, kini ia begitu ketakutan pada anjing. Kembali ia menemui penyihir sakti yang kemudian mengubahnya menjadi seekor anjing.

Tak lama setelah menjadi anjing, sekarang ia merasa ketakutan pada singa.

Sekali lagi penyihir sakti memenuhi keinginannya dan mengubahnya menjadi seekor singa.

Apa yang terjadi? Kini ia sangat ketakutan pada pemburu. Ia mendatangi lagi si penyihir sakti meminta agar diubah menjadi pemburu. Kali ini si penyihir sakti menolak keinginan itu sambil berkata,

"Selama kau masih berhati tikus, tak peduli bagaimana pun bentukmu, kau tetaplah seekor tikus yang pengecut." 

PENOLONG MISTERIUS


Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.

Senin, 07 November 2011

Belajar. . .


Belajarlah untuk tidak meminta,

Selama masih bisa memberi...
Belajarlah untuk tidak merepotkan,
Selama masih bisa menyelesaikan sendiri,
Belajarlah untuk bersyukur,
Karena perih itu sedang mengintai masa,
Belajarlah untuk menghargai,
Karena kebijaksanaan akan berdampingan dengan kearifan,
Janganlah jadi anak manja diantara orang yang sedang belajar dewasa,
Belajarlah berfikir sebelum berbicara,
Belajarlah untuk besabar sebelum sempat mengeluh,
Kadang.,
Diam itu menguatkan....
Tenang dan arif itu kadang bersanding dengan diam...
Sesekali perlu menahan diri,
Sesekali perlu menyendiri,
Tak ada alasan pasti, ini hanya sekedar belajar tentang arti kesepian,
Kadang.,
Sepi membuat hati menjadi berperasaan,
Menjadi bijaksana dalam sendiri,
Kejernihan yang disusul dengan ucapan syukur dalam hati,
Sesekali hati perlu menepi,
Atau sesaat untuk sepi..,
Belajar bijaksana tak harus lewat dunia yang binger,
Tak harus dari gelak tawa yang berantai,
Tak harus selalu dari bangku pelajaran,
Tak harus dari cinta dan balut kasih sayang,
Bijaksana bisa kudapat dalam sepi,
Bijaksana bisa ku raih dalam perih,
Dalam tangis,
Dalam gelap,
Dalam luka,
Dalam air mata,
Dalam sendiri,
Dalam kehinaan,
Dalam ketundukan,
Tak ada yang abadi, karena semua pasti mati,
Tak ada yang mampu menyudahi,
Kecuali suara dari hati nurani,
Sepi adalah waktu ….
dimana Tuhan memberikan masa khusus untuk aku dan DIA bermesraan ,
dalam luang waktu yang dibalut bias tafakkur …
Menyesali diri,
Menata ulang mimpi,
Menyusuri hati,
Belajar berpuisi,

Belajar menghargai hidup.... : )

Sabtu, 22 Oktober 2011

Keikhlasan



Ada sebuah cerita menarik dan mudahan bisa menginspirasi kita, mari kita baca..


cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan condong catur demi menyambung hidup. Mbah sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “mau nonton apa saya malam ini?”, mbah sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”


di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi mbah sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.


Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.


Ketika mbah sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.


“wah cepat sekali. Berapa pak?”


“5000 rupiah mas”

sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.


“wah mas gak ada uang pas ya?”


“nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”


“maaf mas, saya nggak punya uang kembalian”


“waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”


“udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”


“oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”


jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi mbah sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “ikhlas. Insya allah akan dapat gantinya.”


ketika waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.


“ya allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakmu.”


selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.


Ketika ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.


“wah kebetulan kita ketemu disini, pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”


kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.


“loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”


“sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya allah minggu depan saya berangkat ke prancis pak. Saya mohon doanya pak”


“tapi ini terlalu banyak mas”


“saya bayar sol sepatu cuma rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”


Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambanya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.


Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan.


====
Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/


Taman Bunga



Pada suatu hari Aristotheles bertanya pada Gurunya :


 "Bagaimanakah kita dapat memilih sesuatu yang baik dalam hidup ini?"


Guru: "Berjalanlah lurus di Taman Bunga yg Luas, Petiklah 1 Bunga yang Terindah menurutmu, Dan jangan pernah berbalik ke belakang"


Kemudian Aristotheles melaksanakannya dan kembali dengan Tangan Hampa..


Guru: "Mana Bunganya? "


Aristotheles menjawab: " Aku tdk bisa mendapatkannya, sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berfikir, di depan ada pasti yg LEBIH INDAH lagi..ketika aku telah sampai di Ujung Taman, Aku baru sadar bahwa yg aku temui Pertama tadi adalah yg Terbaik, tapi aku tidak bisa kembali lagi ke belakang..."


Guru: "seperti itulah hidup, semakin kau mencari yg Terbaik, maka Kau tak akan pernah menemukannya..Jangan pernah Sia-siakan yg Tumbuh d Hatimu.. Dan janganlah sia-siakan seseorang yang mencintaimu saat ini... Karena waktu Tak Akan pernah Berputar kembali..


Semoga bermanfaat ....

Penjual Bakso..Jagung..Cendhol dan Pemilik Toko Kelontong



Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya”.

Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

 Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya.

Hati saya meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”, tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya.

Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.

Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul.

Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.

Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bias disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya:

 “Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Peradaban saya masih peradaban “milik saya”.

Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana‘kapitalisme subyektif posesif’ saya.

==
30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena “kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?”

==
Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar.

Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.

“Lho, uang saya tidak cukup, Pak”

“Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap”

“Berarti saya hutang?”

“Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya”.

Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye!
==
Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah toko kemudian satu jam lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya.

Ketika datang saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong….”

 Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk:

 “Kalau mau curi barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan….”

Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece.

Orang-orang besar bertebaran di seluruh muka bumi.

Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun.

Bakso Khalifatullah, bahasa Jawanya: bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.

Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR.

Itu baru penjual cendhol, belum Menteri dan Dirjen Irjen Sekjen.

Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol.

Itu baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama.

 ===

 Oleh Emha Ainun Nadjib


Caraku mencintaimu





Aku mencintaimu dengan menjauh darimu,


Bukan karena aku membenci mu,


Namun karena aku ingin menjagamu,


dan menjaga diri ku sendiri dari khalwat yang menjebak,





Aku mencintaimu dengan menjaga diri ku dan diri mu,


menjaga kesucianku dan kesucianmu,


menjaga kehormatanku dan kehormatanmu,


menjaga kebeningan hati ku dan hati mu sebelum engkau halal bagiku





Begitulah caraku mencintaimu......






Jumat, 14 Oktober 2011

Melangkah Merajut Mimpi

Tersenyumlah menatap masa depan..
Jangan pernah terperangkap kesunyian.
Jangan biarkan diri sendiri menjadi korban.
Semua pasti ada jalan..

Jalan menuju perubahan, menuju kebahagiaan,
Hidupkan hari dengan senyuman.
Sebuah senyuman pertama pada diri sendiri.
Bertanda sebuah ketegaran hati melangkah ke depan.

Melangkah..
Seiring dngan irama yang mengalun dihati.
menoleh kebelakang,
Seiring dengan gejolak yang mengoyak
bersama kerisauan dihati..

Luluhkan diri dan biarkan ia mengalir bagai derasnya aliran sungai.
Nyanyikanlah melodi jiwa,
Bagai heningnya suara sang malam yang sunyi.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan cinta_NYA.
Sebuah masa yang begitu indah atas ujian_NYA.
Sungguh diri kita bukanlah apa-apa.
Ya,kecuali hanyalah selaput berkilauan,
yang tak selalu mampu membalut segores luka.
Bukan pula secercah cahaya yang tak selalu bisa terangi kekecewaan yang menyakitkan,
Melainkan setangkai bunga putih.

Setangkai bunga putih..
Yang terkadang mekar juga layu,
Seiring musim yang berganti.
Tersenyumlah kembali jangan bersedih lagi.
Tersenyum merajut mimpi..
Mimpimu wujudkanlah dengan penuh percaya diri.
Hidup adalah perjuangan,
Semua butuh pengorbanan.
Dan yakinlah badai pasti akan berlalu..

Kamis, 15 September 2011

Lyric lagu Insya Allah by Maher Zain

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can`t see which way to go
Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side

Insya Allah3x
Insya Allah you`ll find your way

Everytime you can make one more mistake
You feel you can`t repent
And that its way too late
Your`re so confused,wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame


Don`t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insya Allah3x
Insya Allah you`ll find your way
Insya Allah3x
Insya Allah you`ll find your way

Turn to Allah
He`s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
OOO Ya Allah
Guide my steps don`t let me go astray
You`re the only one that showed me the way,
Showed me the way 2x
Insya Allah3x
Insya Allah we`ll find the way

Senin, 11 April 2011

K A R T I N I

RIWAYAT SINGKAT "RADEN AJENG KARTINI"

Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879, jadi bertepatan 132 tahun yang lalu. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu, yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak, yaitu Tjondronegoro. 

Setelah lulus dari Sekolah Dasar Kartini tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).


Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Bagi kaum wanita yang hidup di masa sekarang (khususnya di Indonesia) paling tidak telah ikut menikmati perjuangan dari Kartini yaitu apa yang disebut persamaan hak. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap kaum wanita.

KARTINI-KARTINI INDONESIA YANG MENDUNIA

Kini telah banyak Kartini Kartini di negeri ini, kaum wanita sudah diberi kesempatan untuk berkarya di bidang apa saja asalkan mempunyai kemampuan di bidangnya.  
Berikut ini adalah beberapa wanita Indonesia yang karyanya telah mendunia :

1. Sri Mulyani Indrawati
 Sri Mulyani Indrawati (lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962; umur 48 tahun) adalah wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini diembannya mulai 1 Juni 2010. Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Begitu, dia berkantor di Kantor Bank Dunia, dia praktis meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan. Sebelum menjabat menteri keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia

2. Christin Hakim
christine hakim Menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi juri dalam Festival Film Cannes dan Christine Hakim menjadi aktris Indonesia pertama yang main film Hollywood Eat Pray Love, bersama Julia Robert di Bali.

3. Marsya Chikita Fauwzi
 Animator muda (salah satu animator dalam film Ipin Upin) yang tidak lain adalah putri kedua dari pasangan selebriti Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Kiki (panggilan akrabnya Chikita) saat memulai Karirnya saat ikut program magang di perusahaan di Las Copaque Production(rumah produksi yang membuat film animasi Upin-Ipin). Sejak awal 2010, dia diterima di sana. Bahkan, dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut. Dia terjun langsung ikut membuat animasi film anak-anak yang banyak digemari di Indonesia itu. 
Meski magang, Kiki sudah dibayar RM 500 (ringgit Malaysia) atau Rp 1.400.000 (kurs 1 RM = Rp 2.800) per bulan. Lantaran pekerjaannya dinilai istimewa, Kiki akhirnya diterima sebagai karyawan dengan gaji lebih besar. Ada 20 animator di rumah produksi itu dan Kiki adalah satu-satunya dari Indonesia. Saat ini, meski sedang cuti, dia mendapat tugas untuk ikut mempersiapkan Upin-Ipin ke layar lebar. Kiki-lah yang memberikan sentuhan Indonesia dalam film dua anak kampung Malaysia itu. Misalnya, lewat tokoh Shanty, teman Upin dari Jakarta. Agar benar-benar Indonesia, Kiki memberikan banyak polesan pada tokoh Shanty.
Bukan saja sebagai animator upin dan ipin ini saja, Marsha Chikita Fawzi adalah penggagas Unyil dan Upin bersalaman di dunia maya sebagai ikon kampanye “Damai Yuk” untuk Indonesia-Malaysia yang di posting di akun twitter dan facebooknya. 

4. Susi Susanti
 Lucia Francisca Susi Susanti lahir di Tasik Malaya, Jawa Barat,  11 Pebruari 1971; adalah seorang pemain bulu tangkis Indonesia. Dia menikah dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Selain itu, ia pernah juga meraih medali perunggu di Olimpiade Atlanta 1996. International Badminton Federation (sekarang Badminton World fedration) pada bulan Mei 2004 memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti.

5. Michelle Wibowo                 

Michelle Wibowo, seorang koki asal Semarang, baru-baru ini ditunjuk sebagai pembuat kue pengantin untuk pernikahan Pangeran William – Kate. Penunjukkan Michelle sebagai koki pernikahan kerajaan ini dimulai dari keikutsertaannya dalam kompetisi yang diadakan Ideal Home Show di Earls Court London. Dalam kompetisi ini, Michelle keluar sebagai Ideal Home Cake Decorator of the Year.
Hasil kue pernikahan buatan Michelle
Dalam kompetisi itu, Michelle menghabiskan lebih dari 80 jam untuk membuat sebuah cake berbentuk wajah Pangeran William dan Kate Middleton.
Keunikan kue kreasi wanita yang berdomisili di Burgress Hill, West Sussex ini menarik perhatian anggota kerajaan dan menjadikan Michelle sebagai pembuat cake di pernikahan William – Kate, 29 April mendatang.  
6. Anggun Cipta Sasmi
Anggun Cipta Sasmi adalah penyanyi asal Indonesia yang saat ini telah memiliki kewarganegaraan Perancis. Ia Mengawali kariernya dengan tampil di panggung Ancol di usia 7 tahun, Anggun kemudian merekam album anak-anak 2 tahun kemudian. Di bawah bimbingan Ian Antono, Anggun memulai debutnya di Indonesia di tahun 1986 melalui album Dunia Aku Punya. Pada usianya yang masih sangat muda Anggun telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia dengan diraihnya penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991″. Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi, seorang komposer besar Perancis, pada tahun 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya, Snow on the Sahara, di lebih dari 33 negara di seluruh dunia.
Saat ini Anggun bermukim di Perancis dan Kanada untuk melanjutkan karier internasionalnya. Sejak tahun 1997, album-album Anggun direkam dalam dua bahasa, Inggris dan Perancis. Dengan 4 album internasionalnya, Anggun tercatat sebagai salah satu penyanyi Asia paling sukses di luar Asia.

7.  Griselda Sastrawinata

Griselda Sastrawinata adalah seorang animator asal indonesia yang bekerja sebagai visual development artist (tim Pengembangan animasi) di rumahproduksi Dreamworks yang menghasilkan film2 animasi terkenal Shrek 4 dan filmanimasi lainnya seperti Madagascar, Kung Fu Panda, & Bee movie.



PERAN WANITA MUSLIMAH DALAM KELUARGA DAN MASYARAKAT

Sebagai mahluk sosial wanita bergerak dinamis dalam lingkup keluarga asal, keluarga bentukan, serta lingkungan tempat tinggal. Untuk waktu kini, lingkupnya bisa ditambah dengan : lingkungan mencari nafkah. Dalam lingkungan mencari nafkah inilah peran wanita tereduksi. Tereduksi sehingga melupakan tugas-tugas pokok dan gagal menyeimbangkan peran dalam lingkup-lingkup lainnya. Melihat fenomena yang terjadi pada wanita kalangan atas, lebih spesifik lagi kalangan wanita selebritis. Asumsi tersebut memang dikuatkan oleh banyak kasus dan fakta. Menyimak fakta itu, kita akan coba mencari dan menyimak realitas lain dan fakta-fakta yang terungkap kemudian mengisyaratkan, sebenarnya bukan profesi pilihanan yang menimbulkan keretakan rumah tangga. Pilihan karier dan cara menyikapinyalah, yang juga menentukan optimal tidaknya kiprah mereka di lingkup keluarga asal, keluarga bentukan, serta lingkungan tempat tinggal. Buktinya, masih banyak kaum wanita yang aktif tapi mampu mendidik anak, mengurus suami dan mengembangkan birrul walidayni.
Pilihan profesi dan cara wanita menekuni profesinya sama-sama mempengaruhi keseimbangan peran wanita dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Bila profesi yang dipilih tidak menganjurkan pada pelanggaran etos mereka sebagai wanita (ibu dan istri), tentu tak masalah jika mereka aktif berkarier. Waktu mereka masih bisa diluangkan untuk mengurus anak-suami, dan fitrah merekapun tetap terpelihara walaupun mesti berbaur dengan sejawat kerja, jika mereka tepat memilih profesi dan tepat memilih sikap dalam menggeluti profesinya.
Secara definisi wanita karier bermakna: 
(a) seorang wanita yang menjadikan karier atau pekerjaannya secara serius; 
(b) perempuan yang memiliki karier atau yang menganggap kehidupan kerjanya dengan serius (mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain). (A Fatih Syuhud, (www.fatihsyuhud.com).


Kalau mencermati definisi tersebut, maka wanita karier tidak harus kerja di kantor, dan nyatanya di desa maupun di kota, kebanyakan wanita adalah tulang punggung rumah tangga. Adalah pemandangan yang lumrah melihat ibu-ibu membawa dagangan sambil menggendong anak, bersepeda dengan kerombong yang berisi dagangan sayuran pada satu sisi dan anak pada sisi lainnya. Apakah yang demikian bukan wanita karier? 


129040470384332107
Mereka jelas sangat serius dan sungguh-sungguh bekerja sebagaimana definisi di atas dan tentu saja di rumah mereka tetap menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Mereka memasak, mengasuh anak, melayani suami, dan yang tak kalah penting juga menjalankan fungsi sosial di masyarakat, misalnya rewang (membantu kalau tetangga punya hajat dalam bentuk tenaga), menyumbang (membantu dalam bentuk uang/barang). 

Anggapan bahwa wanita karier akan membuat keluarganya berantakan, tidak berlaku di kalangan ibu-ibu sederhana ini. Nyatanya mereka dapat menjalankan peran yang begitu banyak tersebut dengan sangat baik.


Pada masa Rasulullah sendiri, ada banyak wanita yang juga dikenal sebagai wanita karir. Siti Khadijah, istri Nabi, adalah satu di antaranya. Namun demikian, kita semua tahu bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya tujuan kita hidup di dunia. Pada kenyataannya ekonomi hanyalah sarana untuk menopang sisi-sisi kehidupan yang lain. Sisi-sisi kehidupan yang dimaksud antara lain adalah membentuk keluarga sakinah (QS Ar Rum 30:21). 
Keluarga adalah tiang utama kehidupan, karena dari situ sebuah komunitas, peradaban dan budaya dibangun. Islam adalah agama yang menitikberatkan pada soliditas dan kekompakan kolektif masyarakat. Akan tetapi kekompakan kolektif tidak dapat terbangun tanpa adanya kekuatan individual pada anggota masyarakat; pada setiap keluarga; pada setiap orang dalam keluarga itu. Di sinilah peran pilar utama keluarga, dan peran ibu mutlak diperlukan untuk membentuk keluarga sakinah, sebagai unsur pokok dari 
masyarakat yang progresif dan Islami.




Menjadi wanita karir konvensional dalam arti wanita yang bekerja di luar rumah dan meniti karir sampai puncak adalah “mudah.” Asal memiliki kecakapan yang cukup plus kemampuan “lobi” yang baik, tujuan itu akan tercapai. Tetapi menjadi wanita karir “non-konvensional”, yang menjalankan bisnis dari dan berkantor di rumah demi menjaga keseimbangan “ekosistem” keluarga dan pendidikan anak adalah sulit terutama bagi wanita yang punya kecenderungan exibisionis. Tapi mudah bagi kalangan wanita yang lebih mementingkan hasil kolektif dari pada penampakan ego pribadi. Dalam Islam yang ditekankan bukanlah memamerkan siapa yang berperan paling banyak, tetapi peran maksimal apa yang dapat kita berikan. Bahwa peran kita kemudian diakui atau tidak, tidaklah begitu penting.


=======
Tulisan di atas smoga bermanfaat, tinggalkan kritik maupun saran untuk memperbaiki ke depannya. 

Trimakasih